Wednesday, January 4, 2012

Tak Hanya Satu pintu


Tak Hanya Satu Pintu


Di sini gelap, gelap sekali..
Pengap, dingin…
Di sini gelap, gelap sekali..
Aku takut..
Aku ingin cepat keluar..
Keluar secepatnya..

Tapi,
Ke mana aku harus melangkah?
Di mana pintunya?


Aku mulai berjalan..
Berjalan tak tentu arah..
Kemana aku harus berjalan?
Dimana pintunya?
Dimana?

Aku berjalan terus..
terus dan terus melangkah....
Dengan hati meronta ingin keluar..
Tak tahu arah yang kutuju..
Tiba2 tanganku memegang sesuatu..

Aku tahu!
Inii…
Ini gagang pintu!
Tidak salah lagi!!!

Dengan cepat jantungku berdegup kencang
Hatiku meloncat kegirangan..
Akhirnya aku bisa keluar!
Harum cendana pintu itu,
 semakin membuat hatiku menari ria
Mungkin, inilah pintu terbaik untukku…



Dengan tak sabar, 
kucoba tuk membuka pintu itu…
Clek…..
Clek clek clek..
…………………………………..
Clek cklek cklek cklek cklek

Aku membisu.
Tanganku terpaku..
Pintu ini…..
…..........................
Terkuncii!!!

Tidak!
Tidak mungkin lagi aku mencari pintu lain.
Jalan ini terlalu gelap untukku.
Aku bahkan tidak dapat melihat apapun..
Tempat ini terlalu dingin..
Tidak mungkin!!!
Tidak mungkin…...


Aku mulai putus asa,
Jiwaku pun mulai membeku,
Kutunggu pintu cendana itu,
terbuka untukku..
Walau aku tahu,
Mungkin pintu ini
Tak akan terbuka untukku selamanya…..

Ketika hati ini mulai mati..
Dan jiwa ini serasa membeku..
Tiba-tiba..
Aku teringat akan sebuah lilin dan korek api yang kubawa.

Hatiku mulai bisa bernapas..
Jiwaku mulai mencair kembali..

Kunyalakan lilin itu….

Cssshhhh…...
 
Perlahan nyala lilin itu mulai menerangi diriku..
Memberi kehangatan..
Menghangatkan jiwaku yang mulai membeku…
Menerangi jalanku…
Mengalahkan kegelapan dalam hatiku...


Ku pandangi sekitarku,
melangkah lagi perlahan-lahan,
kulihat dan kulihat…

Ternyata,
Tak hanya pintu cendana itu saja yang ada..
Kulihat banyak pintu..
Aku mulai berjalan lagi.
Menuju ke satu pintu lain..
Meski harumnya tak seharum pintu cendana tadi,
dan dengan kayu lapuknya yag mungkin sudah rusak,
dengan hati dag dig dug,
Aku mencoba membukanya.....


Cklek,…
..........................
Pintu itu terbuka!!
Hatiku kini hidup kembali.
Mungkin inilah jalanku.
Inilah hidupku…..

Ternyata,
Tak hanya satu pintu.
Tak hanya satu pintu!!



*************************************

Ini adalah satu puisi yang kubuat saat aku SMA kelas 3. Untung masih kusimpan orat-oretan kerangka puisinya. Walau mungkin isinya ada yang berbeda. Awal2 baca, jadi ketawa sendiri, agak lebay kayaknya. Tapi yaudah deh, yang penting kumpul dulu, hahaha

Terinspirasi dari salah satu kalimat yang pernah kubaca:


Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, yang lain terbuka;

tetapi seringkali kita melihat ke pintu yang tertutup begitu lama

sehingga kita tidak melihat pintu lain yang telah dibuka untuk kita.


When one door of happiness closes, another opens;
but often we look so long at the closed door

that we do not see the one which has been opened for us.

--Helen Keller--


********************************************


Ketika satu pintu tertutup (ketika ada masalah, atau kita merasa tidak berdaya, merasa tidak ada jalan keluar, galau), kita seringkali terpaku menunggu pintu yang tertutup tersebut terlalu lama dan tidak menyadari ada pintu lain (jalan keluar lain) yang terbuka. 

Tapi untuk dapat menyadari adanya pintu lain tersebut, apalagi dalam kegelapan (biasanya saat kita galau, tidak berdaya, dlll kita tidak dapat berpikir jernih) kita membutuhkan sebuah cahaya untuk dapat melihat dalam kegelapan tersebut. Cahaya tersebut adalah nasihat dari berbagai pihak, cerita pengalaman orang lain, dan terutama doa, percaya kepada Tuhan. Selain itu, lilin dan korek api tersebut adalah bekal yang diberikan Tuhan kepada setiap manusia, yaitu hati nurani (insting). 

Dan, ketika kita sudah merasa menemukan jalan keluarnya, sudah menemukan pintu untuk kita yang terbuka, kita harus tau bahwa setiap keputusan pasti ada resikonya, apapun itu. Mungkin ada hal yang buruk di samping jalan keluar itu (pintu tersebut terbuat dari kayu lapuk yang sepertinya sudah rusak). 

Tapi, apapun itu, daripada menunggu jalan keluar tanpa melakukan apa-apa, duduk termenung menunggu hujan duit jatuh dari langit (pintu cendana yang harum tapi tertutup),lebih baik memutuskan dan mencari jalan keluarnya, tapi tetap mempertimbangkan resikonya (dengan bekal lilin dan korek api)

Tiba-tiba jadi terinspirasi begitu saat membuatnya.
Anything, anywhere, anyone, Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi kita, serta tidak pernah terlalu cepat atau pun terlalu lambat...




*Kardina Nawassa
*gambar dari berbagai sumber







No comments: