Tak Hanya Satu Pintu
Di sini gelap, gelap sekali..
Pengap,
dingin…
Di sini gelap, gelap sekali..
Aku
takut..
Aku
ingin cepat keluar..
Keluar
secepatnya..
Tapi,
Ke
mana aku harus melangkah?
Di
mana pintunya?
Aku
mulai berjalan..
Berjalan
tak tentu arah..
Kemana
aku harus berjalan?
Dimana
pintunya?
Dimana?
Aku
berjalan terus..
terus
dan terus melangkah....
Dengan
hati meronta ingin keluar..
Tak
tahu arah yang kutuju..
Tiba2
tanganku memegang sesuatu..
Aku
tahu!
Inii…
Ini
gagang pintu!
Tidak
salah lagi!!!
Dengan
cepat jantungku berdegup kencang
Hatiku
meloncat kegirangan..
Akhirnya
aku bisa keluar!
Harum
cendana pintu itu,
semakin membuat hatiku menari ria
Mungkin,
inilah pintu terbaik untukku…
Dengan
tak sabar,
kucoba tuk membuka pintu itu…
Clek…..
Clek
clek clek..
…………………………………..
Clek
cklek cklek cklek cklek
Aku
membisu.
Tanganku
terpaku..
Pintu
ini…..
…..........................
Terkuncii!!!
Tidak!
Tidak
mungkin lagi aku mencari pintu lain.
Jalan
ini terlalu gelap untukku.
Aku
bahkan tidak dapat melihat apapun..
Tempat
ini terlalu dingin..
Tidak
mungkin!!!
Tidak
mungkin…...
Aku
mulai putus asa,
Jiwaku
pun mulai membeku,
Kutunggu
pintu cendana itu,
terbuka
untukku..
Walau
aku tahu,
Mungkin
pintu ini
Tak
akan terbuka untukku selamanya…..
Ketika
hati ini mulai mati..
Dan
jiwa ini serasa membeku..
Tiba-tiba..
Aku
teringat akan sebuah lilin dan korek api yang kubawa.
Hatiku
mulai bisa bernapas..
Jiwaku
mulai mencair kembali..
Kunyalakan
lilin itu….
Cssshhhh…...
Perlahan
nyala lilin itu mulai menerangi diriku..
Memberi
kehangatan..
Menghangatkan
jiwaku yang mulai membeku…
Menerangi
jalanku…
Mengalahkan
kegelapan dalam hatiku...
Ku
pandangi sekitarku,
melangkah
lagi perlahan-lahan,
kulihat
dan kulihat…
Ternyata,
Tak
hanya pintu cendana itu saja yang ada..
Kulihat
banyak pintu..
Aku
mulai berjalan lagi.
Menuju
ke satu pintu lain..
Meski
harumnya tak seharum pintu cendana tadi,
dan
dengan kayu lapuknya yag mungkin sudah rusak,
dengan hati dag dig dug,
Aku
mencoba membukanya.....
Cklek,…
..........................
Pintu
itu terbuka!!
Hatiku
kini hidup kembali.
Mungkin inilah jalanku.
Inilah
hidupku…..
Ternyata,
Tak
hanya satu pintu.
Tak
hanya satu pintu!!
Ini adalah satu puisi yang kubuat saat
aku SMA kelas 3. Untung masih kusimpan orat-oretan kerangka puisinya. Walau
mungkin isinya ada yang berbeda. Awal2 baca, jadi ketawa sendiri, agak lebay kayaknya. Tapi yaudah deh, yang penting kumpul dulu, hahaha
Terinspirasi dari salah satu kalimat
yang pernah kubaca:
Ketika satu
pintu kebahagiaan tertutup, yang lain terbuka;
tetapi seringkali kita melihat ke pintu yang tertutup begitu lama
sehingga kita tidak melihat pintu lain yang telah dibuka untuk kita.
When one door of happiness
closes, another opens;
but often we look so long
at the closed door
that we do not see the one
which has been opened for us.
--Helen Keller--
********************************************
Ketika satu pintu tertutup (ketika ada masalah, atau kita merasa tidak berdaya, merasa tidak ada jalan keluar, galau), kita seringkali terpaku menunggu pintu yang tertutup tersebut terlalu lama dan tidak menyadari ada pintu lain (jalan keluar lain) yang terbuka.
Tapi untuk dapat menyadari adanya pintu lain tersebut, apalagi dalam kegelapan (biasanya saat kita galau, tidak berdaya, dlll kita tidak dapat berpikir jernih) kita membutuhkan sebuah cahaya untuk dapat melihat dalam kegelapan tersebut. Cahaya tersebut adalah nasihat dari berbagai pihak, cerita pengalaman orang lain, dan terutama doa, percaya kepada Tuhan. Selain itu, lilin dan korek api tersebut adalah bekal yang diberikan Tuhan kepada setiap manusia, yaitu hati nurani (insting).
Dan, ketika kita sudah merasa menemukan jalan keluarnya, sudah menemukan pintu untuk kita yang terbuka, kita harus tau bahwa setiap keputusan pasti ada resikonya, apapun itu. Mungkin ada hal yang buruk di samping jalan keluar itu (pintu tersebut terbuat dari kayu lapuk yang sepertinya sudah rusak).
Tapi, apapun itu, daripada menunggu jalan keluar tanpa melakukan apa-apa, duduk termenung menunggu hujan duit jatuh dari langit (pintu cendana yang harum tapi tertutup),lebih baik memutuskan dan mencari jalan keluarnya, tapi tetap mempertimbangkan resikonya (dengan bekal lilin dan korek api)
Tiba-tiba jadi terinspirasi begitu saat membuatnya.
Anything, anywhere, anyone, Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi kita, serta tidak pernah terlalu cepat atau pun terlalu lambat...
*Kardina Nawassa
*gambar dari berbagai sumber